Nama : Christania Muntiaha
Nim : 14111101103
Mata Kuliah : Manajemen mutu pelayanan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutu
pelayanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar
layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu
dilakukan. Penggunaan pendekatan struktur, proses, dan keluaran sangat penting
untuk jaminan mutu layanan kesehatan. Pendekatan itu dapat membantu di dalam
penilaian atau pengukuran tingkat mutu layanan kesehatan yang multidimensi.
Jika mutu layanan kesehatan dapat
dinyatakan dalam suatu ukuran yang dapat dibandingkan, pasien/masyarakat dapat
membandingkan secara langsung layanan kesehatan yang diberikan oleh berbagai
institusi layanan kesehatan. Pasien sebagai konsumen akhir dari layanan
kesehatan mempunyai pandangan tersendiri tentang apa yang penting dalam mutu
layanan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
itu cara pengukuran mutu ?
2. Bagaimana
Cara mengukur interaksi petugas kesehatan, informasi, atau lingkungan ?
3.
Apa saja Penyusun standard layanan
kesehatan ?
1.3 Tujuan
1.
Dapat mengetahui apa itu pengukuran mutu
2.
Dapat mengetahui bagaiman cara mengukur
interaksi petugas kesehatan, informasi, atau lingkungan
3.
Dapat mengetahui apa saja penyusun
standard layanan kesehatan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Cara Pengukuran Mutu
Ciri
mangga yang tersusun akan menggambarkan suatu mangga yang bermutu karena mangga
dengan ciri-ciri yang demikian akan memenuhi harapan pembelinya. Kita akan membeli
mangga sesuai dengan ciri-ciri tersebut, karena setiap cirri dapat memuaskan harapan
atau kebutuhan kita, yaitu mangga yang mempunyai bentuk, kulit, warna, harga,
kepadatan, bentuk, bau, dan rasa tertentu. Dengan demikian, mutu mangga untuk kegunaan
tertentu, misalnya untuk langsung dimakan atau dijadikan jus akan diukur atau dinilai
berdasarkan karakteristik atau ciri-ciri mangga yang telah ditentukan.
Ciri-ciri atau karakteristik itu disebut sebagai standar, dan terhadap standar itu
mangga akan diukur atau dibandingkan.
Pengukuran
mutu layanan kesehatan pada prinsipnya sama dengan yang dijelaskan dalam pengukuran
mutu mangga. Mutu layanan kesehatan itu akan diukur berdasarkan perbandingannya
terhadap standar layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum
pengukuran mutu dilakukan.
Salah
satu contoh standar layanan kesehatan dasar adalah 90% pasien rawat jalan dalam
puskesmas harus diperiksa oleh dokter setelah menunggu paling lama 20 menit.
Kinerja
layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur terhadap criteria mutu
yang ditentukan, untuk melihat apakah standar layanan kesehatan dasar itu dapat
dicapai atau tidak. Jika dari pencatatan ternyata ada 15% pasien yang harus menunggu
lebih lama dari 20 menit, artinya hanya 75% dari pasien yang dapat diperiksa oleh
dokter setelah menunggu selama 20 menit. Kesimpulannya adalah bahwa standar layanan
kesehatan dasar itu tidak dapat dicapai dan apa yang harus dilakukan oleh puskesmas.
Pertama,
harus dilakukan perubahan, yaitu dengan memperbaiki cara kerja puskesmas agar
standar layanan kesehatan itu dapat terpenuhi dan kegiatan atau upaya inilah
yang disebut sebagai upaya peningkatan mutu. Kedua, apabila dengan sumber daya
yang tersedia, puskesmas tidak mungkin mencapai standar layanan kesehatan itu,
maka yang akan diusulkan adalah mengubah standar layanan kesehatan.
Banyak
kerangka piker yang dapat digunakan untuk mengukur mutu. Pada awal upaya pengukuran
mutu layanan kesehatan, Donabedian (1980) mengusulkan tiga kategori penggolongan
layanan kesehatan yaitu struktur, proses, dan keluaran.
·
Standar Struktur
Standar
struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem, kadang-kadang disebut
juga sebagai masukkan atau struktur. Termasuk kedalamnya adalah hubungan organisasi,
misi organisasi, kewenangan, komite-komite, personal, peralatan, gedung, rekam medik,
keuangan, perbekalan, obat, dan fasilitas. Standar struktur merupakan rules of the game.
·
Standar Proses
Standar
Proses adalah sesuatu yang menyangkut semua aspek pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan,
melakukan prosedur dan kebijaksanaan. Standar proses akan menjelaskan apa yang
harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem bekerja. Dengan
kata lain, standar proses adalah playing
the game.
·
Standar Keluaran
Standar
keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan. Standar keluaran
akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasil atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan
terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa
keberhasilan tersebut akan diukur.
Ketiga
kategori tersebut perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan suatu tingkat mutu tertentu.Penggunaan
pendekatan stuktur, proses, dan keluaran sangat penting untuk jaminan mutu
layanan kesehatan. Pendekatan itu dapat membantu di dalam penilaian atau
pengukuran tingkat mutu layanan kesehatan yang multidimensi. Selain itu, hal
berikut juga diperlukan dalam penilaian tingkatan mutu.
· Informasi
tertentu dari kriteria struktur, proses, atau pun keluaran akan menunjukkan
aspek tertentu dari mutu layanan kesehatan.
· Informasi
dari kriteria struktur, proses, ataupun keluaran akan membantu mengidentifikasi
lokasi masalah dan penyebab masalah mutu layanan kesehatan yang selanjutnya
akan member petunjuk terhadap tindakan yang tepat dengan cara mengubah kategori
kriteria struktur dan proses layanan kesehatan. Berikut suatu kerangka piker
lain yang dikembangkan dalam lingkungan layanan kesehatan yang berasal dari
kalangan industry dan sumber-sumber lain (Juran, 1988; Maxwell, 1984).
· Ketetapan
waktu
Termasuk
akses, waktu tunggu, dan waktu tindakan.
· Informasi
Penjelasan
dari jawaban apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan siapa.
· Kompetensi
teknis
Termasuk
pengetahuan kedokteran dan keperawatan, keterampilan dan pengalaman, teknologi,
keparipurnaan, dan keberhasilan pengobatan.
· Hubungan
antarmanusia
Ke
dalam ini termasuk rasa hormat, sopan santun, perilaku, dan empati.
· Lingkungan
Termasuk
gedung, taman, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan.
Dalam
upaya untuk mencoba menetapkan tingkat-tingkat mutu layanan kesehatan yang
diinginkan, ternyata ada beberapa ukuran yang lebih mudah ditetapkan daripada
yang lain, misalnya, pengukuran waktu tunggu dinyatakan dalam satuan menit.
Oleh karena itu, mudah sekali menyebutkan suatu ukuran waktu untuk menyebutkan
tingkat mutu layanan kesehatan tertentu, misalnya untuk waktu tunggu.
Struktur
|
Sumber daya manusia
|
Perbekalan
|
Peralatan
|
Bahan
|
Fasilitas
|
Kebijaksanaan
|
Proses
|
Anamnesis
|
Pemeriksaan fisik
|
Pemeriksaan
Penunjang medik
|
Peresapan Obat
|
Penyuluhan Kesehatan
|
Merujuk Pasien
|
Keluarann
|
Tingkat Kepatuhan Meningkat
|
Tingkat Kesembuhan Meningkat
|
Tingkat Kematian Menurun
|
Tingkat Kesakitan Menurun
|
Tingkat Kecacatan Menurun
|
Kepuasan Pasien Meningkat
|
Gambar 1.1
Kerangka
piker pengukuran mutu menurut Donabedian
Ukuran
waktu dikatakan sebagai sesuatu yang objektif. Jarak, usia, berat badan, angka
kematian, dan jumlah pasien merupakan beberapa contoh lain ukuran objektif.
Mutu
merupakan suatu konsep yang multidimensi dan dinamis. Di samping itu, mutu layanan kesehatan
merupakan kepentingan banyak orang sehingga untuk menilai atau mengukur mutu
layanan kesehatan diperlukan suatu standar layanan kesehatan yang telah
disepakati. Pengukuran mutu dimulai dengan pembentukan kelompok jaminan mutu
layanan kesehatan kelompok itu bertugas antara lain untuk menyusun standar
layanan kesehatan, memilih teknik pengukuran mutu yang tepat untuk mengevaluasi
tingkat mutu layanan kesehatan yang telah terjadi, dn membandingkan kenyataan
apa yang terjadi terhadap standar layanan kesehatan yang telah di sepakati.
Penyusunan standar laynan kesehatan dan pengkran pencapaiannya merupakan suatu
hal yang menarik. Pengukuran mutu tidak bermanfaat jika tidak dilakukan tindak
lanjut. Penggunaan informasi mengenai kesenjangan antara standar layanan
kesehatan dengan kenyataan layanan kesehatan yang ada untuk tindak lanjut
sebagai suatu kegiatan peningkatan mutu layanan kesehatan. Di bawah ini
merupakan langkah-langkah pengukuran mutu :
1. pembentukan
kelompok jaminan mutu layanan kesehatan
2. penyusunan
standar layanan kesehatan
3. pemilihan
teknik pengukuran mutu
4. pengukuran
mutu layanan kesehatan dengan cara membandingkan standar layanan kesehatan
dengan kenyataan yang tercapai
2.2 Cara mengukur interaksi petugas
kesehatan, informasi, atau lingkungan
Pengukuran
interaksi petugas kesehatan, informasi, atau lingkungan tampaknya akan menjadi
subjektif atau tergantung pada persepsi seseorang. Terhadap karakteristik mutu
yang demikian, profesi layanan kesehatan harus bekerja sama dengan pakar-pakar
ilmu sosial untuk menghasilkan ukuran yang dapat atau mungkin dibandingkan.
Jika
mutu layanan kesehatan dapat dinyatakan dalam suatu ukuran yang dapat
dibandingkan, pasien/masyarakat dapat membandingkan secara langsung layanan
kesehatan yang diberikan oleh berbagai institusi layanan kesehatan. Dalam suatu
pasar terbuka, pasien akan mendapat kesempatan yang memungkinkan untuk
menentukan pilihan terhadap berbagai pemberi layanan kesehatan. Dengan cara
demikian akan timbul suatu kompetisi yang sehat antar-institusi layanan
kesehatan yang menuju kepada peningkatan mutu layanan kesehatan.
Setiap
orang yang terlibat dalam mata rantai layanan kesehatan, baik sebagai pelanggan
internal ataupun pelanggan eksternal mempunyai pandangan yang berbeda-beda
tentang apa yang penting dari mutu layanan kesehatan itu, misalnya seorang
pasien yang baru mengalami operasi jantung akan menilai bahwa dimensi
kompetensi teknik lebih penting daripada dimensi hubunga antarmanusia,
sedangkan pasien yang dalam keadaan sekarat akan menilai empati dan kepedulian
sebagai dimensi kompetensi teknik yang tidak ternilai harganya.
Singkatnya,
setiap orang atau kelompok yang berkepentingan akan menilai mutu layanan
kesehatan berdasarkan standar layanan kesehatan dan kriteria yang berbeda. Oleh
karena itu, sangat penting membahas siapa yang menyusun standard layanan
kesehatan.
2.3 Penyusun standard layanan
kesehatan
Pada
pembahasan sebelumnya dibahas siapa yang akan terlibat atau berkepentingan
dengan mutu layanan kesehatan. Mereka antara lain:
· Perorangan
Profesi
Kesehatan, petugas kesehatan, pasien, dan keluarganya
· Kelompok
Kelompok
profesi kesehatan, organisasi profesi kesehatan, lembaga konsumen, LSM,
masyarakat, politisi, asuransi kesehatan, komite akreditasi.
· Otoritas
Kesehatan
Tingkat
kabupaten/kota, provinsi, nasional dan intenasional (WHO).
Seperti
disebutkan semula, mutu layanan kesehatan merupakan kepentingan semua orang
yang terdapat dalam mata rantai layanan kesehatan. Dengan demikian, setiap
orang yang terlibat akan menyusun standard layanan kesehatannya masing-masing,
baik profesi layanan kesehatan ataupun nonlayanan kesehatan. Standar layanan
kesehatan tersebut menjadi standar pribadi, bukan standar resmi. Standar itu tidak tertulis sehingga tidak pernah
dilihat orang lain, hanya ada dalam benak yang bersangkutan. Karena standar itu
bersifat pribadi, penilaiannya kebanyakan bersifat subjektif.
Pasien
sebagai konsumen akhir dari layanan kesehatan mempunyai pandangan tersendiri
tentang apa yang penting dalam mutu layanan kesehatan. Setiap pasien menyusun
standard layanan kesehatan pribadi, yaitu standard yang tidak resmi dan untuk
kepentingan pribadinya saja. standar ini tidak tertulis, hanya tersimpan dalam
benak atau pikirannya. Standard pribadi itu digunakannya untuk mengukur mutu
layanan kesehatan yang diperoleh apabila dia pada suatu waktu atau keadaan
tertentu harus menggunakan layanan kesehatan. Konsumen dapat memengaruhi
pernyusunan standar layanan kesehatan resmi melalui berbagai organisasi seperti
lembaga konsumen dan golongan berpengaruh lain yang terdapat dalam masyarakat.
Sudah
banyak studi yang dilakukan dalam 10 tahun terakhir tentang pendapat subjektif
pasien terhadap layanan kesehatan. Karena hasil penelitian tersebut merupakan
pandangan atau harapan pasien terhadap mutu layanan kesehatan, hasil penelitian
tersebut menjadi salah satu masukan yang sangat berharga dalam penyusunan
standar layanan kesehatan resmi.
Kadang-kadang
penyusunan suatu standar layanan kesehatan cukup dilakukan oleh sekelompok
profesi layanan kesehatan saja. akan tetapi, jika berkaitan dengan suatu
kelompok pasien, standar itu harus disusun oleh kelompok yang bersifat
lintasprofesi layanan kesehatan agar tersusun suatu pendekatan yang holistic.
Dengan demikian, konflik perspektif antarprofesi layanan kesehatan dapat
dibahas dan dipecahkan.
Semua
standar layanan kesehatan yang disusun harus sesuai dengan standar layanan
kesehatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi layanan kesehatan. Organisasi
profesi layanan kesehatan kemudian menyatakan persetujuannya terhadap standard
layanan kesehatan yang telah disusun.
Otoritas
kesehatan local akan menyusun standard layanan kesehatan sebagai suatu bukti
komitmen local terhadap mutu layanan kesehatan yang juga mencerminkan kebutuhan
lokal. Standar itu harus berada dalam kerangka standar layanan kesehatan yang
disusun oleh otoritas kesehatan regional. Standar layanan kesehatan regional
selanjutnya harus konsisten dengan standard layanan kesehatan nasional yang
merumuskan prinsip-prinsip mutu layanan kesehatan.
Salah
satu contoh standar layanan kesehatan dasar yang digunakan dipuskesmas, yaitu
standar layanan ISPA. Dalam contoh tersebut terlihat dengan jelas standard
struktur atau masukan, standar proses dan standard keluaran. Seperti disebutkan
sebelumnya, butir-butir masukan, proses dan keluaran yang ditulis hanyalah yang
dianggap penting dan berpengaruh signifikan terhadap mutu layanan ISPA. Standar
keluaran dinyatakan dengan angka sehingga kegagalan atau keberhasilan layanan
kesehatan yang diselenggarakan dapat dipantau dengan mudah.
Tabel
1
Contoh
standar layanan kesehatan dasar layanan ISPA di Puskesmas
Masukan
|
Proses
|
Keluaran
|
Semua petugas kesehatan telah mengikuti pelatihan
penatalaksanaan kasus ISPA WHO.
Semua petugas kesehatan telah memiliki standar kompetensi pada akhir pelatihan.
Antibiotika selalu tersedia di Puskesmas.
Sound Timer selalu tersedia di Puskesmas.
|
Semua petugas kesehatan melakukan anamnesis sesuai
pertanyaan yang terdapat dalam penatalaksanaan kasus ISPA WHO.
Semua petugas kesehatan melakukan pemeriksaan fisik
untuk melihat dan mendengar tanda-tanda yang terdapat dalam penatalaksanaan
kasus ISPA.
|
Semua balita yang diperiksa akan diklasifikasikan
dengan benar dan mendapat obat yang tepat dan/atau dirujuk tepat waktu dan
tepat tempat.
Semua ibu/pengantar mendapat penyuluhan kesehatan
tentang hal-hal yang penting tentang ISPA.
Semua ibu/pengantar mengerti bagaimana merawat
balita dirumah dan apa tanda-tanda bahaya yang mengharuskan ibu segera
membawa balita untuk mendapat perawatan darurat.
90% rekam medik diisi dengan lengkap dan akurat
70% ibu/pengantar merasa puas atas layanan kesehatan
yang diberikan.
Kematian kasus ISPA kurang dari 1%.
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengukuran
mutu layanan kesehatan pada prinsipnya sama dengan yang dijelaskan dalam
pengukuran mutu mangga. Mutu layanan kesehatan itu akan diukur berdasarkan
perbandingannya terhadap standar layanan kesehatan yang telah disepakati dan
ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan. Singkatnya, setiap orang atau
kelompok yang berkepentingan akan menilai mutu layanan kesehatan berdasarkan
standar layanan kesehatan dan kriteria yang berbeda. Oleh karena itu, sangat penting membahas
siapa yang menyusun standard layanan kesehatan. Pada pembahasan sebelumnya
dibahas siapa yang akan terlibat atau berkepentingan dengan mutu layanan
kesehatan. Mereka antara lain:
· Perorangan
Profesi
Kesehatan, petugas kesehatan, pasien, dan keluarganya
· Kelompok
Kelompok
profesi kesehatan, organisasi profesi kesehatan, lembaga konsumen, LSM,
masyarakat, politisi, asuransi kesehatan, komite akreditasi.
· Otoritas
Kesehatan
Tingkat
kabupaten/kota, provinsi, nasional dan intenasional (WHO).
3.2 Saran
Cara pengukuran mutu pelayanan
kesehatan sangatlah penting agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Dengan adanya pengukuran mutu maka kita dapat melihat
kinerja pelayanan kesehatan dan dapat dipantau dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Pohan Imbalo. 2004. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Buku
Kedokteran ECG:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar