Selasa, 22 November 2016

makalah cara pengukuran mutu



Nama : Christania Muntiaha
Nim : 14111101103
Mata Kuliah : Manajemen mutu pelayanan
 
BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Mutu pelayanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan. Penggunaan pendekatan struktur, proses, dan keluaran sangat penting untuk jaminan mutu layanan kesehatan. Pendekatan itu dapat membantu di dalam penilaian atau pengukuran tingkat mutu layanan kesehatan yang multidimensi.
     Jika mutu layanan kesehatan dapat dinyatakan dalam suatu ukuran yang dapat dibandingkan, pasien/masyarakat dapat membandingkan secara langsung layanan kesehatan yang diberikan oleh berbagai institusi layanan kesehatan. Pasien sebagai konsumen akhir dari layanan kesehatan mempunyai pandangan tersendiri tentang apa yang penting dalam mutu layanan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa itu cara pengukuran mutu ?
2.      Bagaimana Cara mengukur interaksi petugas kesehatan, informasi, atau lingkungan ?
3.      Apa saja Penyusun standard layanan kesehatan ?

1.3 Tujuan
1.      Dapat mengetahui apa itu pengukuran mutu
2.      Dapat mengetahui bagaiman cara mengukur interaksi petugas kesehatan, informasi, atau lingkungan
3.      Dapat mengetahui apa saja penyusun standard layanan kesehatan




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Cara Pengukuran Mutu
Ciri mangga yang tersusun akan menggambarkan suatu mangga yang bermutu karena mangga dengan ciri-ciri yang demikian akan memenuhi harapan pembelinya. Kita akan membeli mangga sesuai dengan ciri-ciri tersebut, karena setiap cirri dapat memuaskan harapan atau kebutuhan kita, yaitu mangga yang mempunyai bentuk, kulit, warna, harga, kepadatan, bentuk, bau, dan rasa tertentu. Dengan demikian, mutu mangga untuk kegunaan tertentu, misalnya untuk langsung dimakan atau dijadikan jus akan diukur atau dinilai berdasarkan karakteristik atau ciri-ciri mangga yang telah ditentukan. Ciri-ciri atau karakteristik itu disebut sebagai standar, dan terhadap standar itu mangga akan diukur atau dibandingkan.
Pengukuran mutu layanan kesehatan pada prinsipnya sama dengan yang dijelaskan dalam pengukuran mutu mangga. Mutu layanan kesehatan itu akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan.
Salah satu contoh standar layanan kesehatan dasar adalah 90% pasien rawat jalan dalam puskesmas harus diperiksa oleh dokter setelah menunggu paling lama 20 menit.
Kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur terhadap criteria mutu yang ditentukan, untuk melihat apakah standar layanan kesehatan dasar itu dapat dicapai atau tidak. Jika dari pencatatan ternyata ada 15% pasien yang harus menunggu lebih lama dari 20 menit, artinya hanya 75% dari pasien yang dapat diperiksa oleh dokter setelah menunggu selama 20 menit. Kesimpulannya adalah bahwa standar layanan kesehatan dasar itu tidak dapat dicapai dan apa yang harus dilakukan oleh puskesmas.
Pertama, harus dilakukan perubahan, yaitu dengan memperbaiki cara kerja puskesmas agar standar layanan kesehatan itu dapat terpenuhi dan kegiatan atau upaya inilah yang disebut sebagai upaya peningkatan mutu. Kedua, apabila dengan sumber daya yang tersedia, puskesmas tidak mungkin mencapai standar layanan kesehatan itu, maka yang akan diusulkan adalah mengubah standar layanan kesehatan.
Banyak kerangka piker yang dapat digunakan untuk mengukur mutu. Pada awal upaya pengukuran mutu layanan kesehatan, Donabedian (1980) mengusulkan tiga kategori penggolongan layanan kesehatan yaitu struktur, proses, dan keluaran.
·         Standar Struktur
Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem, kadang-kadang disebut juga sebagai masukkan atau struktur. Termasuk kedalamnya adalah hubungan organisasi, misi organisasi, kewenangan, komite-komite, personal, peralatan, gedung, rekam medik, keuangan, perbekalan, obat, dan fasilitas. Standar struktur merupakan rules of the game.
·         Standar Proses
Standar Proses adalah sesuatu yang menyangkut semua aspek pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan kebijaksanaan. Standar proses akan menjelaskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana sistem bekerja. Dengan kata lain, standar proses adalah playing the game.
·         Standar Keluaran
Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasil atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur.
Ketiga kategori tersebut perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan suatu tingkat mutu tertentu.Penggunaan pendekatan stuktur, proses, dan keluaran sangat penting untuk jaminan mutu layanan kesehatan. Pendekatan itu dapat membantu di dalam penilaian atau pengukuran tingkat mutu layanan kesehatan yang multidimensi. Selain itu, hal berikut juga diperlukan dalam penilaian tingkatan mutu.
·      Informasi tertentu dari kriteria struktur, proses, atau pun keluaran akan menunjukkan aspek tertentu dari mutu layanan kesehatan.
·      Informasi dari kriteria struktur, proses, ataupun keluaran akan membantu mengidentifikasi lokasi masalah dan penyebab masalah mutu layanan kesehatan yang selanjutnya akan member petunjuk terhadap tindakan yang tepat dengan cara mengubah kategori kriteria struktur dan proses layanan kesehatan. Berikut suatu kerangka piker lain yang dikembangkan dalam lingkungan layanan kesehatan yang berasal dari kalangan industry dan sumber-sumber lain (Juran, 1988; Maxwell, 1984).
·      Ketetapan waktu
Termasuk akses, waktu tunggu, dan waktu tindakan.
·      Informasi
Penjelasan dari jawaban apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan siapa.
·      Kompetensi teknis
Termasuk pengetahuan kedokteran dan keperawatan, keterampilan dan pengalaman, teknologi, keparipurnaan, dan keberhasilan pengobatan.
·      Hubungan antarmanusia
Ke dalam ini termasuk rasa hormat, sopan santun, perilaku, dan empati.
·      Lingkungan
Termasuk gedung, taman, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan.
Dalam upaya untuk mencoba menetapkan tingkat-tingkat mutu layanan kesehatan yang diinginkan, ternyata ada beberapa ukuran yang lebih mudah ditetapkan daripada yang lain, misalnya, pengukuran waktu tunggu dinyatakan dalam satuan menit. Oleh karena itu, mudah sekali menyebutkan suatu ukuran waktu untuk menyebutkan tingkat mutu layanan kesehatan tertentu, misalnya untuk waktu tunggu.








Struktur
Sumber daya manusia
 Perbekalan
Peralatan
Bahan
Fasilitas
Kebijaksanaan
Proses
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang medik
Peresapan Obat
Penyuluhan Kesehatan
Merujuk Pasien
Keluarann
Tingkat Kepatuhan Meningkat
Tingkat Kesembuhan Meningkat
Tingkat Kematian Menurun
Tingkat Kesakitan Menurun
Tingkat Kecacatan Menurun
Kepuasan Pasien Meningkat

Gambar 1.1
Kerangka piker pengukuran mutu menurut Donabedian
Ukuran waktu dikatakan sebagai sesuatu yang objektif. Jarak, usia, berat badan, angka kematian, dan jumlah pasien merupakan beberapa contoh lain ukuran objektif.
Mutu merupakan suatu konsep yang multidimensi dan dinamis.  Di samping itu, mutu layanan kesehatan merupakan kepentingan banyak orang sehingga untuk menilai atau mengukur mutu layanan kesehatan diperlukan suatu standar layanan kesehatan yang telah disepakati. Pengukuran mutu dimulai dengan pembentukan kelompok jaminan mutu layanan kesehatan kelompok itu bertugas antara lain untuk menyusun standar layanan kesehatan, memilih teknik pengukuran mutu yang tepat untuk mengevaluasi tingkat mutu layanan kesehatan yang telah terjadi, dn membandingkan kenyataan apa yang terjadi terhadap standar layanan kesehatan yang telah di sepakati. Penyusunan standar laynan kesehatan dan pengkran pencapaiannya merupakan suatu hal yang menarik. Pengukuran mutu tidak bermanfaat jika tidak dilakukan tindak lanjut. Penggunaan informasi mengenai kesenjangan antara standar layanan kesehatan dengan kenyataan layanan kesehatan yang ada untuk tindak lanjut sebagai suatu kegiatan peningkatan mutu layanan kesehatan. Di bawah ini merupakan langkah-langkah pengukuran mutu :
1.      pembentukan kelompok jaminan mutu layanan kesehatan
2.      penyusunan standar layanan kesehatan
3.      pemilihan teknik pengukuran mutu
4.      pengukuran mutu layanan kesehatan dengan cara membandingkan standar layanan kesehatan dengan kenyataan yang tercapai

2.2 Cara mengukur interaksi petugas kesehatan, informasi, atau lingkungan
Pengukuran interaksi petugas kesehatan, informasi, atau lingkungan tampaknya akan menjadi subjektif atau tergantung pada persepsi seseorang. Terhadap karakteristik mutu yang demikian, profesi layanan kesehatan harus bekerja sama dengan pakar-pakar ilmu sosial untuk menghasilkan ukuran yang dapat atau mungkin dibandingkan.
Jika mutu layanan kesehatan dapat dinyatakan dalam suatu ukuran yang dapat dibandingkan, pasien/masyarakat dapat membandingkan secara langsung layanan kesehatan yang diberikan oleh berbagai institusi layanan kesehatan. Dalam suatu pasar terbuka, pasien akan mendapat kesempatan yang memungkinkan untuk menentukan pilihan terhadap berbagai pemberi layanan kesehatan. Dengan cara demikian akan timbul suatu kompetisi yang sehat antar-institusi layanan kesehatan yang menuju kepada peningkatan mutu layanan kesehatan.
Setiap orang yang terlibat dalam mata rantai layanan kesehatan, baik sebagai pelanggan internal ataupun pelanggan eksternal mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang apa yang penting dari mutu layanan kesehatan itu, misalnya seorang pasien yang baru mengalami operasi jantung akan menilai bahwa dimensi kompetensi teknik lebih penting daripada dimensi hubunga antarmanusia, sedangkan pasien yang dalam keadaan sekarat akan menilai empati dan kepedulian sebagai dimensi kompetensi teknik yang tidak ternilai harganya.
Singkatnya, setiap orang atau kelompok yang berkepentingan akan menilai mutu layanan kesehatan berdasarkan standar layanan kesehatan dan kriteria yang berbeda. Oleh karena itu, sangat penting membahas siapa yang menyusun standard layanan kesehatan.



2.3 Penyusun standard layanan kesehatan
Pada pembahasan sebelumnya dibahas siapa yang akan terlibat atau berkepentingan dengan mutu layanan kesehatan. Mereka antara lain:
·      Perorangan
Profesi Kesehatan, petugas kesehatan, pasien, dan keluarganya
·      Kelompok
Kelompok profesi kesehatan, organisasi profesi kesehatan, lembaga konsumen, LSM, masyarakat, politisi, asuransi kesehatan, komite akreditasi.
·      Otoritas Kesehatan
Tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional dan intenasional (WHO).
Seperti disebutkan semula, mutu layanan kesehatan merupakan kepentingan semua orang yang terdapat dalam mata rantai layanan kesehatan. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat akan menyusun standard layanan kesehatannya masing-masing, baik profesi layanan kesehatan ataupun nonlayanan kesehatan. Standar layanan kesehatan tersebut menjadi standar pribadi, bukan standar resmi. Standar  itu tidak tertulis sehingga tidak pernah dilihat orang lain, hanya ada dalam benak yang bersangkutan. Karena standar itu bersifat pribadi, penilaiannya kebanyakan bersifat subjektif.
            Pasien sebagai konsumen akhir dari layanan kesehatan mempunyai pandangan tersendiri tentang apa yang penting dalam mutu layanan kesehatan. Setiap pasien menyusun standard layanan kesehatan pribadi, yaitu standard yang tidak resmi dan untuk kepentingan pribadinya saja. standar ini tidak tertulis, hanya tersimpan dalam benak atau pikirannya. Standard pribadi itu digunakannya untuk mengukur mutu layanan kesehatan yang diperoleh apabila dia pada suatu waktu atau keadaan tertentu harus menggunakan layanan kesehatan. Konsumen dapat memengaruhi pernyusunan standar layanan kesehatan resmi melalui berbagai organisasi seperti lembaga konsumen dan golongan berpengaruh lain yang terdapat dalam masyarakat.
Sudah banyak studi yang dilakukan dalam 10 tahun terakhir tentang pendapat subjektif pasien terhadap layanan kesehatan. Karena hasil penelitian tersebut merupakan pandangan atau harapan pasien terhadap mutu layanan kesehatan, hasil penelitian tersebut menjadi salah satu masukan yang sangat berharga dalam penyusunan standar layanan kesehatan resmi.
Kadang-kadang penyusunan suatu standar layanan kesehatan cukup dilakukan oleh sekelompok profesi layanan kesehatan saja. akan tetapi, jika berkaitan dengan suatu kelompok pasien, standar itu harus disusun oleh kelompok yang bersifat lintasprofesi layanan kesehatan agar tersusun suatu pendekatan yang holistic. Dengan demikian, konflik perspektif antarprofesi layanan kesehatan dapat dibahas dan dipecahkan.
            Semua standar layanan kesehatan yang disusun harus sesuai dengan standar layanan kesehatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi layanan kesehatan. Organisasi profesi layanan kesehatan kemudian menyatakan persetujuannya terhadap standard layanan kesehatan yang telah disusun.
            Otoritas kesehatan local akan menyusun standard layanan kesehatan sebagai suatu bukti komitmen local terhadap mutu layanan kesehatan yang juga mencerminkan kebutuhan lokal. Standar itu harus berada dalam kerangka standar layanan kesehatan yang disusun oleh otoritas kesehatan regional. Standar layanan kesehatan regional selanjutnya harus konsisten dengan standard layanan kesehatan nasional yang merumuskan prinsip-prinsip mutu layanan kesehatan.
Salah satu contoh standar layanan kesehatan dasar yang digunakan dipuskesmas, yaitu standar layanan ISPA. Dalam contoh tersebut terlihat dengan jelas standard struktur atau masukan, standar proses dan standard keluaran. Seperti disebutkan sebelumnya, butir-butir masukan, proses dan keluaran yang ditulis hanyalah yang dianggap penting dan berpengaruh signifikan terhadap mutu layanan ISPA. Standar keluaran dinyatakan dengan angka sehingga kegagalan atau keberhasilan layanan kesehatan yang diselenggarakan dapat dipantau dengan mudah.
Tabel 1
Contoh standar layanan kesehatan dasar layanan ISPA di Puskesmas
Masukan
Proses
Keluaran
Semua petugas kesehatan telah mengikuti pelatihan penatalaksanaan kasus ISPA WHO.

Semua petugas kesehatan telah memiliki standar  kompetensi pada akhir pelatihan.

Antibiotika selalu tersedia di Puskesmas.

Sound Timer selalu tersedia di Puskesmas.
Semua petugas kesehatan melakukan anamnesis sesuai pertanyaan yang terdapat dalam penatalaksanaan kasus ISPA WHO.

Semua petugas kesehatan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat dan mendengar tanda-tanda yang terdapat dalam penatalaksanaan kasus ISPA.
Semua balita yang diperiksa akan diklasifikasikan dengan benar dan mendapat obat yang tepat dan/atau dirujuk tepat waktu dan tepat tempat.

Semua ibu/pengantar mendapat penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang penting tentang ISPA.

Semua ibu/pengantar mengerti bagaimana merawat balita dirumah dan apa tanda-tanda bahaya yang mengharuskan ibu segera membawa balita untuk mendapat perawatan darurat.

90% rekam medik diisi dengan lengkap dan akurat

70% ibu/pengantar merasa puas atas layanan kesehatan yang diberikan.

Kematian kasus ISPA kurang dari 1%.




BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Pengukuran mutu layanan kesehatan pada prinsipnya sama dengan yang dijelaskan dalam pengukuran mutu mangga. Mutu layanan kesehatan itu akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standar layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan. Singkatnya, setiap orang atau kelompok yang berkepentingan akan menilai mutu layanan kesehatan berdasarkan standar layanan kesehatan dan kriteria yang berbeda.  Oleh karena itu, sangat penting membahas siapa yang menyusun standard layanan kesehatan. Pada pembahasan sebelumnya dibahas siapa yang akan terlibat atau berkepentingan dengan mutu layanan kesehatan. Mereka antara lain:
·      Perorangan
Profesi Kesehatan, petugas kesehatan, pasien, dan keluarganya
·      Kelompok
Kelompok profesi kesehatan, organisasi profesi kesehatan, lembaga konsumen, LSM, masyarakat, politisi, asuransi kesehatan, komite akreditasi.
·      Otoritas Kesehatan
Tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional dan intenasional (WHO).

3.2 Saran
            Cara pengukuran mutu pelayanan kesehatan sangatlah penting agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dengan adanya pengukuran mutu maka kita dapat melihat kinerja pelayanan kesehatan dan dapat dipantau dengan sebaik mungkin.



DAFTAR PUSTAKA

Pohan Imbalo. 2004. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran ECG:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar