Selasa, 22 November 2016

pertumbuhan ekonomi dengan kesehatan dan kematian



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
        Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Pembangunan ekonomi sangat erat dengan masalah kesehatan karena pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan. Undang-undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat, karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga  penyebab utama kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung, diare, dan stroke, dua di antaranya adalah penyakit menular dan tidak menular Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami. Di dalam pengukuran demografi ketiga faktor tersebut diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate adalah ukuran frekuensi suatu penyakit atau peristiwa/kejadian tertentu yang terjadi pada suatu populasi selama periode waktu tertentu, dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menanggung resiko tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi dengan kesehatan dan kematian ?
2. Bagaimana hubungan pertumbuhan ekonomi dengan penyakit menular dan tidak menular ?

1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi dengan kesehatan dan kematian
2. Untuk mengetahui bagaiman hubungan pertumbuhan ekonomi dengan penyakit menular dan tidak menular






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan Ekonomi dengan Kesehatan dan Kematian
Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional, adapaun tujuan nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni: ”Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.  Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter dan berkembang menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada multi kehidupan salah satunya adalah kesehatan. Dampak dari krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut, penyebabnya adalah karena terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang sekitar 49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan datang. Uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat lebih diutamakan pada status gizi serta perilaku kesehatan masyarakat. Sedangkan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap kinerja pelayanan kesehatan masyarakat lebih dititik beratkan pada kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Bidan di Desa  serta terhadap kinerja Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

2.1.2 Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi kesehatan
Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan. Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa persoalan penerapan kriteria ekonomi dan keuangan pada sektor kesehatan benar-benar sukar karena hakekat pelayanan yang perlu disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup atau mati manusia. Konsekuensinya, setiap usaha untuk memotong pembiayaan kesehatan akan menghadapi tantangan yang tidak kecil dari banyak pihak. Pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan akan dilakukan pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan melalui pencegahan penyakit (preventive), peningkatan kesehatan (promotive), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan. Pelayanan kesehatan sebagai alat penyembuhan (curative) penekanannya pada perawatan manusia yang sedang sakit dengan tujuan untuk menghindarkannya dari kematian dan mengurangi penderitaannya. Penekanan semacam ini telah direfleksikan dalam bentuk fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, yang secara fundamental merupakan tempat di mana orang memerlukan perawatan serta terlihat juga dari cara latihan bagi tenaga-tenaga perawat kesehatan dan sikap masyarakat pada umumnya. Penekanan ini juga terlihat dari besarnya pengeluaran pemerintah bagi pelayanan kesehatan. (Conyers, 1991:65-66)
Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan akibat dari dampak globalisasi ternyata tidak dapat diterapkan secara optimal pada negara berkembang dan menyebabkan negara tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang membesar. Pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu mewujudkan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya diperlukan revisi agenda pembangunan, yakni pembangunan sosial yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan.  Dalam bahasa Inggris kata ”Health” mempunyai dua pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu ”sehat” atau ”kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi keadaan dari subyek, misalnya anak sehat, orang sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat dari subyek, misalkan kesehatan manusia, kesehatan masyarakat, kesehatan individu dan sebagainya. Sehat dalam pengertian kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat
Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian. Faktor sosial yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar. Conyers (1991:64) mengatakan bahwa bidang kesehatan memiliki masalah yang dapat menaikkan pembiayaan pelayanan kesehatan baik dengan latar belakang sosial maupun ekonomi. Sudut pandang sosial, suatu kenaikan biaya di bidang kesehatan seharusnya bisa membantu meringankan penderitaan manusia karena penyakit dan dalam beberapa hal dapat juga menyelamatkan nyawa; sedangkan sudut pandang ekonomi, masih memperdebatkan bahwa kemajuan kesehatan akan menaikkan produktifitas tenaga kerja.
Margaret Stacey (1977) dalam Santoso (2010) mengidentifikasi tiga dimensi konsep kesehatan yaitu 1) Kesehatan yang bertumpu pada konsep kesehatan individu atau kesehatan masyarakat; 2) Konsep kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau kesejahteraan; 3) Kesehatan yang bertumpu pada konsep promotif dan preventif. Ketiga konsep tersebut dikembangkan di Indonesia, hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu didukung oleh tersedianya berbagai macam fasilitas kesehatan yang memadai, seperti sarana fasilitas kesehatan yang representatif, dan murah yang aksesnya mudah dicapai sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat yang sehat tentunya akan dapat melakukan aktifitas dengan kondisi yang prima sehingga produktifitasnya pun dapat terjaga. Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial akan menyebabkan penurunan secara bermakna beban penyakit di negara-negara berkembang. Perkiraan terbaik dari pengaruh pelayanan kesehatan adalah menurunnya angka kematian total di negara-negara berkembang akibat penyakit infeksi menular dan kesehatan ibu yang rendah sekitar 8 juta per tahun pada tahun 2015, yang hal ini berasosiasi dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs.

2.1.3 Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat

Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan  melalui berbagai mekanisme dan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan pembahasan terhadap enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih  intervensi untuk kesehatan yang lebih baik,  keempat Menilai Status Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
1.Kesehatan dan Pembangunan.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan  kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan  belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20,  dan  pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan  berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya. Pada Tabel  dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994. Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965). Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka kematian bayi yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode tertentu. Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme. Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis jika dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomimakro dan politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya.

2.1.4 Pengaruh pembangunan ekonomi dengan kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
a.) Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
Faktor ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Sarana kesehatan yang kurang memadai.
- Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
- Terjadinya berbagai bencana alam
- Terjadinya peperangan
- Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industry
- Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
b.) Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah:
- Lingkungan hidup sehat.
- Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
- Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
- Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
- Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
Ada beberapa jenis perhitungan angka kelahiran yaitu:
a) Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate/CDR ) yaitu angka kematian kasar adalah yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000 penduduk tiap tahun tanpa membedakan usia dan jenis kelamin tertentu.
b) Angka Kematian Khusus Menurut Umur Tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR) yaitu angka kematian khusus menurut umur tertentu dapat digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok usia manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada kelompok usia tua atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda jauh lebih rendah.
c)Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR) yaitu angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian bayi tiap seribu bayi yang lahir. Bayi adalah kelompok orang yang berusia 0-1 tahun. Besarnya angka kematian bayi dapat dijadikan petunjuk atau indikator tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Pada umumnya bila masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat kematian bayi tinggi. Selain perhitungan di atas sering dihitung pula angka kematian ibu waktu melahirkan dan angka kematian bayi baru lahir.
Untuk angka kematian bayi ukurannya sebagai berikut:
- Rendah, jika IMR antara 15-35.
- Sedang, jika IMR antara 36-75.
- Tinggi, jika IMR antara 76-125.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan determinan yang mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Faktor sosial ekonomi terdiri dari tiga kategori variabel yaitu:
1.    Variabel individu berupa tingkat produktivitas individu (ayah dan ibu)
2.    Variabel rumah tangga berupa penghasilan, pendapatan dan kekayaan. Maksudnya adalah yang bisa mempengaruhi kematian anak yaitu makanan, air, pakaian, tempat tinggal, energi, transportasi, kebersihan, kesakitan, dan informasi
3.    Variabel komunitas yakni ekonomi politik, sistem kesehatan. Faktor yang dapat mempengaruhi ekonomi politik adalah penghasilan organisasi, intrastruktur fisik, dan institusi politik.
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi perhatian adalah jumlah kematian bayi. Beberapa penelitian sebelumnya telah menghasilkan banyak faktor terutama sosial ekonomi yang menyebabkan kematian bayi. Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistem pernapasan bagian atas (ISPA) dan diare yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Sedangkan kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Faktor gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di suatu daerah. Masalah gizi adalah hal yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Partisipasi Ibu dan keluarga sangat penting dalam penatalaksanaan balita sakit. Ibu akan mencari pelayanan kesehatan  jika ibu merasa penyakit anaknya serius.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Secara resmi keluarga sebagai lembaga sosial yang berkembang di semua masyarakat. Disamping itu, keluarga sebagai unsur dalam struktur sosial merupakan dasar pembentuk struktur sosial yang lebih luas. Peran dan tingkah laku yang dipelajari dalam keluarga merupakan contoh peran tingkah laku yang diperlukan dalam segi-segi lainya di masyarakat. Oleh karena itu keluarga mempunyai posisi yang sangat strategis dalam pencegahan dan penanganan masalah gizi pada balita. Meskipun rumah tangga dan masyarakat memiliki tanggung jawab utama dalam menyediakan perawatan terhadap anak, dalam beberapa kasus mereka tidak dilibatkan secara aktif atau dikonsultasikan dalam pengembangan dan penerapan program terkait isu kesehatan, nutrisi, serta pertumbuhan dan perkembangan anak. Keberhasilan dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas anak membutuhkan partisipasi aktif dan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan keluarga dengan dukungan dari masyarakat setempat. Keluarga dan masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan terkait pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak. Keluarga menjadi fokus perhatian untuk memaksimalkan potensi anak. Pengetahuan dan kesadaran dari keluarga dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan esensial anak, yaitu kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan, kasih sayang, stimulasi perkembangan, pendidikan dan perlindungan anak memegang peranan yang sangat penting. Ibu merupakan bagian terdekat dari kehidupan anak. Namun tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Apabila angka kematian ibu tinggi, maka akan berpengaruh pula terhadap tingkah anak seperti yang dijelaskan di atas.
Faktor kematian ibu tersebut antara lain: usia ibu pada saat melahirkan, jumlah pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu pada saat hamil, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat kesejahteraan keluarga. Sedangkan faktor lingkungan yang dijadikan faktor pendukung adalah jumlah sarana kesehatan, jumlah tenaga medis, dan persentase daerah yang berstatus desa.  Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka maternal mortality adalah dengan mengetahui penyebabnya.
Indonesia masalah mortalitas apabila dikaitkan dengan faktor sosial ekonomi sangat berbanding lurus karena salah satu sebab mortalitas adalah sosial ekonomi, sosial ekonomi memiliki peranan penting dalam kehidupan, apabila keadaan sosial ekonomi masyarakat rendah dan kurang baik, maka untuk mendapatkan akses pendidikan pun sulit didapatkan, pada masa Di sekarang ini pendidikan memang diwajibkan, akan tetapi jika hanya biaya pendidikan yang dibebankan kepada pemerintah sedangkan biaya transportasi pelajar ditanggung sendiri, hasilnya akan sama saja karena tidak semua masyarakat memiliki kendaraan. Masalah ini juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tua bayi atau balita karena dahulunya mereka tidak mendapatakan pengetahuan betapa pentingnya gizi untuk anak mereka. Apabila seorang anak mengalami gizi buruk maka akan mudah tertular penyakit karena imunitas anak tersebut menurun dan tidak didukung oleh makanan yang bergizi, ditambah lagi jika orang tua bayi atau balita tidak membawa anak mereka ke POSYANDU untuk diimunisasi, itu akan membuat bayi dan balita rentan terserang penyakit.
Masalah gizi buruk bukan hanya berpengaruh terhadap mortalitas, akan tetapi juga berpengaruh terhadap sumbar daya manusia kedepannya. Memperbaiki masalah gizi buruk tidak hanya melibatkan keluarga sebagai orang yang paling dekat, namun juga harus bekerja sama dengan tenaga medis. Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa mortalitas seorang anak, bayi, dan balita ditentukan oleh berbagai faktor terutama faktor sosial ekonomi, angka kematian ibu, tingkat pendidikan orang tua, dan tingkat kesejahteraan keluarga. Angka kematian ibu berpengaruh terhadap mortalitas anak karena ibu dianggap sosok yang paling akrab atau dekat dengan anak, sehingga apabila hanya seorang ayah yang mengurus anak, maka hasil yang didapatkan tidak seperti jika ada seorang ibu, karena sudah ditentukan melalui kodrat seorang ibu mengurus anak.



2.2 Hubungan Pertumbuhan ekonomi dengan penyakit menular dan tidak menular
            Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat, karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga penyebab utama kematian (WHO, 1990). Penyakit dapat dibedakan menjadi 2 karakteristik, yaitu :
1.   Penyakit Menular/Penyakit Infeksi
            Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi seperti virus, bakteri, maupun parasit, bukan disebbakan karena faktor fisik, seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan. Oleh sebab itu, mengapa penyakit ini disebut penyakit infeksi karena penyakit ini ditularkan penderita melalui infeksi virus, bakteri maupun parasit yang ditularkan oleh penderita, penularan penyakit ini dapat ditularkan melalui udara, jarum suntik, transfusi darah, serta tempat makan atau minum bekas penderita yang masih kurang bersih saat dicuci, hubungan seksual, dll. Namun bukan berarti penyakit ini tidak bisa dihindari, pola hidup sehat dan lingkungan dapat mennghindari dari penyakit ini. Penyakit ini adalah penyakit yang paling menakutkan dibandingkan dengan penyakit tidak menular karena penyakit ini masih sulit dalam pengobatannya dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani. Ada beberapa jenis penyakit menular, dibawah ini di contohkan 6 penyakit menular, antara lain :
a.       Penyakit kulit
Ini adalah salah satu jenis penyakit menular yang banyak sekali jenisnya, dan mudah menular dari satu orang ke orang lain. Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung atau kita menggunakan barang yang juga dipakai oleh penderita, contohnya handuk, baju, dll. Contoh : cacar air, kudis, panu, dll.
Cacar air (Chicken Pox)
Penyakit ini masih sering menjadi wabah di Indonesia, penyakit ini dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia. Penyebab penyakit ini adalah karena adanya virus Varisella-Zoster, virus ini hanya terdapat pada manusia dan primata (simian) saja, struktur partikel virus (virrion) berukuran 120 - 300 nm yang terdiri dari (glikoprotein, kapsid, amplop (selubung) virus, dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti berisi DNA genom utas ganda,nukleokapsid berbentuk ikosahedral, berdiameter 100 – 110 nm dan terdiri dari 162 protein yang disebut kapsomer ), genom virus ini berukuran 125 kb (kilo basa), dan mengandung sedikitnya 69 daerah pada gen – gen tertentu. Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56 – 60o C dan menjadi tidak berbahaya aapabila bagian amplop (selubung) dari virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan. Virus ini menyerang kekebalan tubuh.
Gejala dari cacar air sendiri adalah badan cepat lemah, lesu, badan terasa tidak enak, pusing/sakit kepala, nyeri sendi dan demam. Sehari sampai tiga hari muncul bintik – bintik merah yang berukuran kecil yang membentuk papula (menonjol) dan berisi cairan, biasanya bintik – bintik ini bermula pada bagian dada, perut atau punggung, setelah itu baru menyebar ke bagian tubuh lain  dan terasa gatal. Bintik ini lama kelamaan akan pecah dan membentuk lepuhan, lepuhan ini akan mengering dan akan hilang bekasnya, asal tidak digaruk.
Pengobatan dan pencegahan, untuk pengobatan dapat diberikan salep yang mengandung Asiklovir 5% (Anti virus), dan hanya di oleskan pada bagian lepuhan yang sudah pecah saja. Penderita cacar air disarankan untuk tetap mandi seperti biasa. Imunisasi vaksin varisella bisa diberikan mulai umur 12 bulan.
b.      Parainfluenza
Penyakit virus pernafasan ini menjadi penting karena penularannya yang sangat cepat seperti halnya penyakit menular lewat pernapasan lainnya. Pada umumnya penyakit ini terjadi oleh infeksi virus parainfluenza saja gejalanya hanya ringan  atau subklinis. Terdapat empat virus yang terdapat dalam keluarga parainfluenza, yang ditandai dengan tipe 1-4 yaitu virus mempunyai genom RNA helai-tunggal, tidak bersegmen dengan pembungkus mengandung lipid yang berasal dari pertunasan melalui membran sel. Bagian antigenik utama adalah tonjolan – tonjolan protein pembungkus yang menunjukkan sifat – sifat hemaglutinasi (protein HN) dan fusi sel ( protein F).
Virus parainfluenza menyebar dari saluran pernapasan oleh sekresi yang teraerosol atau kontak tangan langsung denga sekresi. Pada umur 3th anak – anak biasanya mengalami infeksi tipe 1-3, tipe 3 bersifat endemik dan dapat menyebabkan penyakit pada bayi sebelum umur 6 bulan,  dan dapat mengganggu sistem imun. Sedangkan pada tipe 1&2 lebih musiman dan terjadi pada musim panas dan musim gugur, tipe 4 lebih sukar tumbuh. Virus parainfluenza bereplikasi dalm epitel pernapasan tanpa bukti adanya penyebaran sistemik, kecenderungan menimbulkan penyakit pada jalan napas lebih besar pada laring, trakhea, bronkus, . Penghancuran sel pada jalan napas atas dapat menyebbakan invasi bakteri dan menimbulkan trakeitis bakteri. Obstruksi tuba eustachii dapat menyebabkan invasi bakteri sekunder ruang telinga tengah dan otitis media akut.
c.       Demam Berdarah
Cara penularannya melalui virus yang terdapat  pada nyamuk Aighes Aygepti yang menghisap darah organ.
d.      Penyakit Kelamin
Cara penularannya melalui hubungan sex yang tidak sehat dan sering berganti pasangan. Penyakit yang timbul bukan hanya menyerang alat kelamin saja tetapi dapat menjalar ke organ lain.
e.       HIV/AIDS
Virus yang berasl dari simpanse ini dapat merusak sistem imunitas, tetapi virus ini tidak menimbulkan kematian. Tapi jika virus HIV mengenai penyakit lain seperti menyerang organ vital bias menimbulkan kematian. Apabila sistem imun pada tubuh telah rusak resiko berbagai virus akan masuk ke tubuhpun sangat besar dan tubuh akan rentan terhadap penyakit.
f.       TBC
Tuberculosis (TBC, MTB, TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri “mycobacterium tuberculosis”. Yang menyerang pada organ paru – paru, dan juga dapat menyerang pada organ lain. Bakteri yang sekeluarga dengan bakteri mycobacterium tuberculosis ini juga dapat menimbulkan infeksi dan memunculkan gejala yang mirip.
Bakteri ini ditularkan melalui udara (airborne), yaitu ketika penderita bersin atau batuk dan bakteri akan keluar dan terhirup oleh orang sehat. Biasanya penderita TBC akan diisolasi dikarenakan mudahnya penyebatran penyakit TBC.
2.  Penyakit Tidak Menular/Noninfeksi
Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi adalah suatu penyakit yang tidak disebabkan karena kuman melainkan dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Biasanya penyakit ini terjadi karena pola hidup yang kurang sehat seperti merokok, faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan. Contohnya : sariawan, batuk, sakit perut, demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis, depresi, RA, keracunan, dsb.   Penyakit tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif. Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. PTM mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya :
a.       Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu
b.      Masa inkubasi yang panjang dan latent
c.       Penyakit berlangsung lama
d.      Sulit untuk didiagnosa
e.       Biaya pencegahan dan pengobatannya yang cukup tinggi
f.       Mempunyai variasi yang cukup luas
g.      Multifaktor
Dibawah ini adalah beberapa penyakit tidak menular yang bersifat kronis, yaitu :
1.      Penyakit yang dapat menyebabkan kematian, yaitu :
a.       Penyakit jantung iskemik
b.      Kanker
c.       CHF
d.      DM
e.       Cerebrovasculer disease
f.       Chronic obstructive pulmonary disease
g.       cirrhosis
2.      Penyakit yang termasuk dalam special-interest, banyak menyebabkan masalah kesehatan tetapi frekuensinya kurang, antara lain :
a.       Osteoporosis
b.      Gagal ginjal kronis
c.       Mental retardasi
d.      Epilepsi
e.       Lupus erithematosus
f.       Collitis ulcerative
3.      Penyakit yang akan menjadi perhatian di masa yang akan datang, antara lain :
a.       Defesiensi nutrisi
b.      Alkoholisme
c.       Ketagihan obat
d.      Penyakit – penyakit mental
e.       Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
Faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit tidak menular, antara lain :
1.      Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang belum kronis belum ditemukan secara keseluruhan :
a.       Untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda – beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia)
b.      Satu faktor resiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda – beda, missal : merokok dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker laring.
c.       Untuk kebanyakan penyakit, faktor – faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui.
2.      Faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis, antara lain :
a.       Tembakau
b.      Alkohol
c.       Kolesterol
d.      Hipertensi
e.       Diet
f.       Obesitas
g.       Aktivitas
h.      Stress
i.        Pekerjaan
j.        Lingkungan
k.      Gaya hidup
3    Cara Penularan Penyakit
Terdapat tiga aspek sifat utama penularan penyakit dari orang ke orang, antara lain :
1.      Waktu generasi (Generation Time)
Yaitu masa antara masuknya penyakit pada penjamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal penjamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya  usur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada penjamu lain.
2.      Kekebalan kelompok (Herd Immunity)
Yaitu kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh suatu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity adalah faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit tersebut.
3.      Angka serangan (Attack Rate)
Yaitu sejumlah kasus yang berkembang dan muncul dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki resiko/kerentanan terhadap penyakit tersebut. Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari – hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.  
4.  Tindakan Pencegahan
Pencegahan penyakit dating dari diri sendiri, individu dapat meminimalkan pola hidup yang tidak sehat dan memaksimalkan pola hidup sehat. Dibawah ini beberapa tindakan pencegahan untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular, diantaranya :
a.       Menjaga kebersihan lingkungan
Di lingkungan kita banyak sekali hal – hal yang bias kita lihat dan evaluasi, seperti, sampah dan kotoran yang menumpuk, drainase yang kotor serta ventilasi/lubang untuk pertukaran udara didalam rumah yang buruk bias menjadi sebab timbulnya berbagai macam penyakit, khususnya penyakit saluran pernapasan.
b.      Cuci tangan dengan sabun
Kita tahu bahwa tangan adalah organ yang digunakan untuk berbagai aktivitas, dan tangan beresiko sebagai perantara virus untuk masuk ke tubuh. Tangan menjadi media perantara kuman maupun mikroorganisme yang lain. Saat kita tanpa sengaja memegang bekas ludah atau kotoran, maka penyakit mudah sekali masuk kedalam tubuh.
c.       Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup
Membiasakan diri untuk melakukan kegiatan rutin dengan berolahraga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Istirahat yang cukup membantu tubuh agar tetap bugar. Pola makan yang seimbang, perlunya mengatur pola makan, terutama menu makanan sehat, hindari makanan yang bersesiko terhadap kesehatan seperti, minuman bersoda dan beralkohol, makanan ringan/snack, makanan olahan/makanan yang mengandung pengawet, makanan yang ,mengandung Na, makanan tinggi kolesterol, dsb.
d.  Pola hidup yang sehat
Selalu berpikir positip membantu kita terhindar dari stress.  Mulai melakukan pendekatan terhadap agama dapat menenangkan emosi, menghindari pergaulan bebas dan setia pada satu pasangan.
e.   Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi lebih baik diberkan mulai sejak Balita untuk mencegah penularan penyakit.
f.   Nutrisi yang baik
Perkuat fungsi tubuh dengan pola makanan yang bergizi yang mengandung tinggi protein, tinggi serat, tinggi mineral, dan sebisa mungkin hindari konsumsi makanan/minuman yang dapat merugikan tubuh.
g.  Melakukan promkes
Misalnya :   -    kampanye kesadaran kesehatan
-   Promkes
-   Pendidikan kesehatan masyarakat
Penyakit menular dan infeksi meningkat, karena perilaku sehat yang rendah. Penyakit degeneratif meningkat, karena life style/gaya hidup yang tidak sehat. Menurunkan daya tahan dan kemampuan tubuh secara normal dalam jangka panjang dan sulit sembuh. Hal ini akan berdampak pada tingginya biaya kesehatan karena dampak dari penggunaan obat dan upaya kesehatan yang dilakukan.
Konsekuensi :
Penyediaan : sarana dan upaya pelayanan kesehatan serta program-program kesehatan lebih banyak dengan biaya lebih baik sehingga akan menjadi beban ganda bagi bidang kesehatan.
1.      Transisi Demografi
AKB turun akan berdampak pada peningkatan umur harapan hidup (usia : balita, lansia, sekolah).
Konsekuensi :
Penyediaan sarana umum : sekolah, lapangan kerja, penanganan kesejahteraan dan kesehatan untuk balita dan usia lanjut.
2.      Industrialisasi
Dampak Positif : Penyerapan tenaga kerja, Peningkatan pendapatan
Dampak Negatif : Meningkatnya polusi (udara, air, darat) sehingga meningkatkan kejadian penyakit (:pneumonia, diare, bronchitis, kulit, dll). Meningkatnya PAK (Penyakit Akibat Kerja) : tuli, buta, kulit, gangguan fungsi paru-paru. Dengan adanya dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari industrialisasi ini, maka pemerintah menetapkan adanya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan UU Lingkungan Hidup.



























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
        Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negaraPembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan pembangunan kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, parasit, ataupun bakteri. Sedangkan penyakit tidak menular bikan disebabkan dari virus, parasit ataupun bakteri melainkan disebabkan karena adanya masalah fisiologis. Penyakit tersebut dapat dihindari dari diri sendiri yaitu dengan menjaga gaya hidup, dan pola makanan.

3.2 Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka saya mohon kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.














DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar