BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu
keterkaitan yang sangat erat. Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan masyarakat, dan perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat
akan mempengaruhi produktivitas kerja. Pembangunan ekonomi sangat erat
dengan masalah kesehatan karena pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar
bila manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan. Undang-undang
Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Perhatian terhadap
penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat, karena semakin
meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga penyebab
utama kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung, diare, dan stroke, dua di
antaranya adalah penyakit menular dan tidak menular Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor
yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada
khususnya. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan
penduduk dinamakan faktor non alami. Di dalam pengukuran demografi ketiga
faktor tersebut diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate adalah ukuran
frekuensi suatu penyakit atau peristiwa/kejadian tertentu yang terjadi pada
suatu populasi selama periode waktu tertentu, dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang menanggung resiko tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi dengan
kesehatan dan kematian ?
2. Bagaimana hubungan pertumbuhan ekonomi dengan
penyakit menular dan tidak menular ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi
dengan kesehatan dan kematian
2. Untuk mengetahui bagaiman hubungan pertumbuhan
ekonomi dengan penyakit menular dan tidak menular
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan Ekonomi dengan Kesehatan dan
Kematian
Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional, adapaun tujuan
nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni: ”Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”. Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan
nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global. Pembangunan ekonomi adalah suatu
proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat
lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda
krisis moneter dan berkembang menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis
lainnya yang berpengaruh pada multi kehidupan salah satunya adalah kesehatan.
Dampak dari krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut, penyebabnya adalah
karena terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang sekitar
49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada
saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Berikut ini disampaikan uraian
tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut terhadap derajat
kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia
serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan
datang. Uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap
derajat kesehatan masyarakat lebih diutamakan pada status gizi serta perilaku
kesehatan masyarakat. Sedangkan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau
krisis ekonomi terhadap kinerja pelayanan kesehatan masyarakat lebih dititik
beratkan pada kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Bidan di
Desa serta terhadap kinerja Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu).
2.1.2 Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi kesehatan
Masalah
kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya
jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka
terjadi persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk
keperluan kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam
bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan. Oscar Gish (1977:8)
dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa persoalan penerapan kriteria ekonomi
dan keuangan pada sektor kesehatan benar-benar sukar karena hakekat pelayanan
yang perlu disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup atau mati manusia.
Konsekuensinya, setiap usaha untuk memotong pembiayaan kesehatan akan
menghadapi tantangan yang tidak kecil dari banyak pihak. Pemerintah bertanggung
jawab dalam merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Upaya kesehatan akan dilakukan pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan melalui pencegahan penyakit (preventive), peningkatan
kesehatan (promotive), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan. Pelayanan kesehatan sebagai alat penyembuhan
(curative) penekanannya pada perawatan manusia yang sedang sakit dengan tujuan
untuk menghindarkannya dari kematian dan mengurangi penderitaannya. Penekanan
semacam ini telah direfleksikan dalam bentuk fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada, yang secara fundamental merupakan tempat di mana orang memerlukan
perawatan serta terlihat juga dari cara latihan bagi tenaga-tenaga perawat
kesehatan dan sikap masyarakat pada umumnya. Penekanan ini juga terlihat dari
besarnya pengeluaran pemerintah bagi pelayanan kesehatan. (Conyers, 1991:65-66)
Pembangunan ekonomi yang
berorientasi pada pertumbuhan akibat dari dampak globalisasi ternyata tidak
dapat diterapkan secara optimal pada negara berkembang dan menyebabkan negara
tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang membesar. Pertumbuhan
ekonomi justru tidak mampu mewujudkan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya
diperlukan revisi agenda pembangunan, yakni pembangunan sosial yang bertujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan. Dalam bahasa
Inggris kata ”Health” mempunyai dua pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu
”sehat” atau ”kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi keadaan dari subyek,
misalnya anak sehat, orang sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan kesehatan
menjelaskan tentang sifat dari subyek, misalkan kesehatan manusia, kesehatan
masyarakat, kesehatan individu dan sebagainya. Sehat dalam pengertian kondisi
mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan
seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan
kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat
Masalah kesehatan penduduk meningkat
sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit
degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi
sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit
mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan
tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi.
Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem
diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia lanjut
sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian. Faktor sosial yang diduga
merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan
kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar. Conyers (1991:64) mengatakan bahwa bidang kesehatan
memiliki masalah yang dapat menaikkan pembiayaan pelayanan kesehatan baik
dengan latar belakang sosial maupun ekonomi. Sudut pandang sosial, suatu
kenaikan biaya di bidang kesehatan seharusnya bisa membantu meringankan
penderitaan manusia karena penyakit dan dalam beberapa hal dapat juga menyelamatkan
nyawa; sedangkan sudut pandang ekonomi, masih memperdebatkan bahwa kemajuan
kesehatan akan menaikkan produktifitas tenaga kerja.
Margaret Stacey (1977) dalam Santoso
(2010) mengidentifikasi tiga dimensi konsep kesehatan yaitu 1) Kesehatan yang
bertumpu pada konsep kesehatan individu atau kesehatan masyarakat; 2) Konsep
kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau kesejahteraan; 3) Kesehatan yang
bertumpu pada konsep promotif dan preventif. Ketiga konsep tersebut dikembangkan di Indonesia, hal
tersebut tertuang dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
yang menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat perlu didukung oleh tersedianya berbagai macam
fasilitas kesehatan yang memadai, seperti sarana fasilitas kesehatan yang
representatif, dan murah yang aksesnya mudah dicapai sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat yang sehat tentunya akan dapat
melakukan aktifitas dengan kondisi yang prima sehingga produktifitasnya pun
dapat terjaga. Peningkatan
biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial akan menyebabkan penurunan
secara bermakna beban penyakit di negara-negara berkembang. Perkiraan terbaik
dari pengaruh pelayanan kesehatan adalah menurunnya angka kematian total di
negara-negara berkembang akibat penyakit infeksi menular dan kesehatan ibu yang
rendah sekitar 8 juta per tahun pada tahun 2015, yang hal ini berasosiasi
dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs.
2.1.3 Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat
Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan
antara kesehatan dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme dan dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan
pembahasan terhadap enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan
pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih
intervensi untuk kesehatan yang lebih baik, keempat Menilai Status
Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk
Pelayanan Kesehatan
1.Kesehatan dan Pembangunan.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan
keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk
belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih
enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.
Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana
proporsi terbesar dari angkatan kerja
masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja
laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika
dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia.
Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi
dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak
cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak
sehat. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik
merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa
pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang
kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini
antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika
Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur
pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Informasi yang paling
mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan
bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun
yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita
seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas
tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa
perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara
dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang
lebih berat untuk mencapai pertumbuhan
berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan
kesehatan dan pendidikannya. Pada Tabel
dibawah ini ditunjukkan tingkat
pertumbuhan dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994.
Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan
angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit pada tahun
1965). Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka
kematian bayi yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
pada periode tertentu. Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari
bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat
kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka
harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di
negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki
rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang
untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan
hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di
bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan
investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat
terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme. Kesehatan
yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini
antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang
diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas,
kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk
dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih
dari setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika
dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat
diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis jika
dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomimakro dan politik
pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria
menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar
satu persen atau lebih setiap tahunnya.
2.1.4
Pengaruh pembangunan ekonomi dengan kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia
secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk
menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka
kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian
(pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
a.) Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
a.) Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
Faktor
ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini
adalah:
- Sarana kesehatan yang kurang memadai.
- Sarana kesehatan yang kurang memadai.
-
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
-
Terjadinya berbagai bencana alam
-
Terjadinya peperangan
-
Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industry
-
Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
b.)
Faktor penghambat kematian (anti mortalitas)
Faktor
ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini
adalah:
- Lingkungan hidup sehat.
- Lingkungan hidup sehat.
-
Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
-
Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
-
Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
-
Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
Ada
beberapa jenis perhitungan angka kelahiran yaitu:
a)
Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate/CDR ) yaitu angka kematian kasar adalah
yaitu angka yang menunjukkan jumlah kematian tiap 1000 penduduk tiap tahun
tanpa membedakan usia dan jenis kelamin tertentu.
b) Angka Kematian Khusus Menurut
Umur Tertentu (Age Specific Death Rate = ASDR) yaitu angka kematian khusus
menurut umur tertentu dapat digunakan untuk mengetahui kelompok-kelompok usia
manakah yang paling banyak terdapat kematian. Umumnya pada kelompok usia tua
atau usia lanjut angka ini tinggi, sedangkan pada kelompok usia muda jauh lebih
rendah.
c)Angka Kematian Bayi (Infant
Mortality Rate = IMR) yaitu angka kematian bayi adalah angka yang menunjukkan
jumlah kematian bayi tiap seribu bayi yang lahir. Bayi adalah kelompok orang
yang berusia 0-1 tahun. Besarnya angka kematian bayi dapat dijadikan petunjuk
atau indikator tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Pada umumnya bila
masyarakat memiliki tingkat kesehatan yang rendah maka tingkat kematian bayi
tinggi. Selain perhitungan di atas sering dihitung pula angka kematian ibu
waktu melahirkan dan angka kematian bayi baru lahir.
Untuk
angka kematian bayi ukurannya sebagai berikut:
-
Rendah, jika IMR antara 15-35.
-
Sedang, jika IMR antara 36-75.
-
Tinggi, jika IMR antara 76-125.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga
komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk selain
fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah
tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga bisa dijadikan
sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut.
Indikator kematian berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun
lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Faktor sosial ekonomi seperti
pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, kepercayaan,
nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan determinan yang mempengaruhi mortalitas
dalam masyarakat. Faktor sosial ekonomi terdiri dari tiga kategori variabel
yaitu:
1. Variabel
individu berupa tingkat produktivitas individu (ayah dan ibu)
2. Variabel
rumah tangga berupa penghasilan, pendapatan dan kekayaan. Maksudnya adalah yang
bisa mempengaruhi kematian anak yaitu makanan, air, pakaian, tempat tinggal,
energi, transportasi, kebersihan, kesakitan, dan informasi
3. Variabel
komunitas yakni ekonomi politik, sistem kesehatan. Faktor yang dapat
mempengaruhi ekonomi politik adalah penghasilan organisasi, intrastruktur
fisik, dan institusi politik.
Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua,
muda, kapan dan dimana saja. Salah satu ukuran kematian yang cukup menjadi
perhatian adalah jumlah kematian bayi. Beberapa penelitian sebelumnya telah
menghasilkan banyak faktor terutama sosial ekonomi yang menyebabkan kematian bayi.
Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistem pernapasan
bagian atas (ISPA) dan diare yang merupakan penyakit karena infeksi kuman.
Sedangkan kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit menular, penyakit
degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang beresiko terhadap kematian. Faktor
gizi buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular,
sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di
suatu daerah. Masalah gizi adalah hal yang sangat penting dan mendasar bagi
kehidupan manusia. Kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan
(morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat
menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Partisipasi
Ibu dan keluarga sangat penting dalam penatalaksanaan balita sakit. Ibu akan
mencari pelayanan kesehatan jika ibu merasa penyakit anaknya serius.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Secara
resmi keluarga sebagai lembaga sosial yang berkembang di semua masyarakat.
Disamping itu, keluarga sebagai unsur dalam struktur sosial merupakan dasar
pembentuk struktur sosial yang lebih luas. Peran dan tingkah laku yang
dipelajari dalam keluarga merupakan contoh peran tingkah laku yang diperlukan
dalam segi-segi lainya di masyarakat. Oleh karena itu keluarga mempunyai posisi
yang sangat strategis dalam pencegahan dan penanganan masalah gizi pada balita.
Meskipun rumah tangga dan masyarakat memiliki tanggung jawab utama dalam
menyediakan perawatan terhadap anak, dalam beberapa kasus mereka tidak
dilibatkan secara aktif atau dikonsultasikan dalam pengembangan dan penerapan
program terkait isu kesehatan, nutrisi, serta pertumbuhan dan perkembangan
anak. Keberhasilan dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas anak membutuhkan
partisipasi aktif dan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan keluarga
dengan dukungan dari masyarakat setempat. Keluarga dan masyarakat perlu
dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan terkait pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak. Keluarga menjadi fokus perhatian untuk
memaksimalkan potensi anak. Pengetahuan dan kesadaran dari keluarga dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan esensial anak, yaitu kebutuhan gizi,
pelayanan kesehatan, kasih sayang, stimulasi perkembangan, pendidikan dan
perlindungan anak memegang peranan yang sangat penting. Ibu merupakan bagian
terdekat dari kehidupan anak. Namun tingginya kematian ibu merupakan cerminan
dari ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan
pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Apabila angka kematian ibu tinggi,
maka akan berpengaruh pula terhadap tingkah anak seperti yang dijelaskan di
atas.
Faktor kematian ibu tersebut antara lain: usia ibu pada saat
melahirkan, jumlah pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu pada saat hamil, tingkat
pendidikan ibu, dan tingkat kesejahteraan keluarga. Sedangkan faktor lingkungan
yang dijadikan faktor pendukung adalah jumlah sarana kesehatan, jumlah tenaga
medis, dan persentase daerah yang berstatus desa. Oleh karena itu,
berbagai upaya harus dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka maternal mortality adalah dengan
mengetahui penyebabnya.
Indonesia masalah mortalitas apabila dikaitkan dengan faktor
sosial ekonomi sangat berbanding lurus karena salah satu sebab mortalitas
adalah sosial ekonomi, sosial ekonomi memiliki peranan penting dalam kehidupan,
apabila keadaan sosial ekonomi masyarakat rendah dan kurang baik, maka untuk
mendapatkan akses pendidikan pun sulit didapatkan, pada masa Di sekarang ini
pendidikan memang diwajibkan, akan tetapi jika hanya biaya pendidikan yang
dibebankan kepada pemerintah sedangkan biaya transportasi pelajar ditanggung
sendiri, hasilnya akan sama saja karena tidak semua masyarakat memiliki
kendaraan. Masalah ini juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tua bayi
atau balita karena dahulunya mereka tidak mendapatakan pengetahuan betapa
pentingnya gizi untuk anak mereka. Apabila seorang anak mengalami gizi buruk
maka akan mudah tertular penyakit karena imunitas anak tersebut menurun dan
tidak didukung oleh makanan yang bergizi, ditambah lagi jika orang tua bayi
atau balita tidak membawa anak mereka ke POSYANDU untuk diimunisasi, itu akan
membuat bayi dan balita rentan terserang penyakit.
Masalah gizi buruk bukan hanya berpengaruh terhadap
mortalitas, akan tetapi juga berpengaruh terhadap sumbar daya manusia
kedepannya. Memperbaiki masalah gizi buruk tidak hanya melibatkan keluarga
sebagai orang yang paling dekat, namun juga harus bekerja sama dengan tenaga
medis. Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa mortalitas
seorang anak, bayi, dan balita ditentukan oleh berbagai faktor terutama faktor
sosial ekonomi, angka kematian ibu, tingkat pendidikan orang tua, dan tingkat
kesejahteraan keluarga. Angka kematian ibu berpengaruh terhadap mortalitas anak
karena ibu dianggap sosok yang paling akrab atau dekat dengan anak, sehingga
apabila hanya seorang ayah yang mengurus anak, maka hasil yang didapatkan tidak
seperti jika ada seorang ibu, karena sudah ditentukan melalui kodrat seorang
ibu mengurus anak.
2.2 Hubungan Pertumbuhan ekonomi dengan penyakit
menular dan tidak menular
Perhatian terhadap penyakit menular
dan tidak menular makin hari semakin meningkat, karena semakin meningkat nya
frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga penyebab utama kematian (WHO,
1990). Penyakit dapat dibedakan menjadi 2
karakteristik, yaitu :
1. Penyakit Menular/Penyakit Infeksi
Penyakit menular atau penyakit
infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi seperti
virus, bakteri, maupun parasit, bukan disebbakan karena faktor fisik, seperti
luka bakar atau kimia seperti keracunan. Oleh sebab itu, mengapa penyakit ini
disebut penyakit infeksi karena penyakit ini ditularkan penderita melalui
infeksi virus, bakteri maupun parasit yang ditularkan oleh penderita, penularan
penyakit ini dapat ditularkan melalui udara, jarum suntik, transfusi darah,
serta tempat makan atau minum bekas penderita yang masih kurang bersih saat
dicuci, hubungan seksual, dll. Namun bukan berarti penyakit ini tidak bisa
dihindari, pola hidup sehat dan lingkungan dapat mennghindari dari penyakit ini.
Penyakit ini adalah penyakit yang paling menakutkan dibandingkan dengan
penyakit tidak menular karena penyakit ini masih sulit dalam pengobatannya dan
dapat mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani. Ada beberapa jenis
penyakit menular, dibawah ini di contohkan 6 penyakit menular, antara lain :
a. Penyakit kulit
Ini adalah salah satu jenis penyakit menular yang banyak
sekali jenisnya, dan mudah menular dari satu orang ke orang lain. Penularan
yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung atau kita menggunakan
barang yang juga dipakai oleh penderita, contohnya handuk, baju, dll. Contoh :
cacar air, kudis, panu, dll.
Cacar
air (Chicken Pox)
Penyakit ini masih sering menjadi wabah di Indonesia,
penyakit ini dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia. Penyebab penyakit
ini adalah karena adanya virus Varisella-Zoster, virus ini hanya terdapat pada
manusia dan primata (simian) saja, struktur partikel virus (virrion) berukuran
120 - 300 nm yang terdiri dari (glikoprotein, kapsid, amplop (selubung) virus,
dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti berisi DNA genom utas
ganda,nukleokapsid berbentuk ikosahedral, berdiameter 100 – 110 nm dan terdiri
dari 162 protein yang disebut kapsomer ), genom virus ini berukuran 125 kb
(kilo basa), dan mengandung sedikitnya 69 daerah pada gen – gen tertentu. Virus
ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56 – 60o C dan menjadi tidak
berbahaya aapabila bagian amplop (selubung) dari virus ini rusak. Penyebaran
virus ini dapat terjadi melalui pernapasan. Virus ini menyerang kekebalan
tubuh.
Gejala
dari cacar air sendiri adalah badan cepat lemah, lesu, badan terasa tidak enak,
pusing/sakit kepala, nyeri sendi dan demam. Sehari sampai tiga hari muncul
bintik – bintik merah yang berukuran kecil yang membentuk papula (menonjol) dan
berisi cairan, biasanya bintik – bintik ini bermula pada bagian dada, perut
atau punggung, setelah itu baru menyebar ke bagian tubuh lain dan terasa gatal. Bintik ini lama kelamaan
akan pecah dan membentuk lepuhan, lepuhan ini akan mengering dan akan hilang
bekasnya, asal tidak digaruk.
Pengobatan
dan pencegahan, untuk pengobatan dapat diberikan salep yang mengandung
Asiklovir 5% (Anti virus), dan hanya di oleskan pada bagian lepuhan yang sudah
pecah saja. Penderita cacar air disarankan untuk tetap mandi seperti biasa.
Imunisasi vaksin varisella bisa diberikan mulai umur 12 bulan.
b. Parainfluenza
Penyakit virus pernafasan ini menjadi penting karena
penularannya yang sangat cepat seperti halnya penyakit menular lewat pernapasan
lainnya. Pada umumnya penyakit ini terjadi oleh infeksi virus parainfluenza
saja gejalanya hanya ringan atau
subklinis. Terdapat empat virus yang terdapat dalam keluarga parainfluenza,
yang ditandai dengan tipe 1-4 yaitu virus mempunyai genom RNA helai-tunggal,
tidak bersegmen dengan pembungkus mengandung lipid yang berasal dari pertunasan
melalui membran sel. Bagian antigenik utama adalah tonjolan – tonjolan protein
pembungkus yang menunjukkan sifat – sifat hemaglutinasi (protein HN) dan fusi
sel ( protein F).
Virus parainfluenza menyebar dari saluran pernapasan oleh
sekresi yang teraerosol atau kontak tangan langsung denga sekresi. Pada umur
3th anak – anak biasanya mengalami infeksi tipe 1-3, tipe 3 bersifat endemik
dan dapat menyebabkan penyakit pada bayi sebelum umur 6 bulan, dan dapat mengganggu sistem imun. Sedangkan
pada tipe 1&2 lebih musiman dan terjadi pada musim panas dan musim gugur,
tipe 4 lebih sukar tumbuh. Virus parainfluenza bereplikasi dalm epitel
pernapasan tanpa bukti adanya penyebaran sistemik, kecenderungan menimbulkan
penyakit pada jalan napas lebih besar pada laring, trakhea, bronkus, .
Penghancuran sel pada jalan napas atas dapat menyebbakan invasi bakteri dan
menimbulkan trakeitis bakteri. Obstruksi tuba eustachii dapat menyebabkan
invasi bakteri sekunder ruang telinga tengah dan otitis media akut.
c. Demam Berdarah
Cara penularannya melalui virus yang terdapat pada nyamuk Aighes Aygepti yang menghisap
darah organ.
d. Penyakit Kelamin
Cara penularannya melalui hubungan sex yang tidak sehat dan
sering berganti pasangan. Penyakit yang timbul bukan hanya menyerang alat
kelamin saja tetapi dapat menjalar ke organ lain.
e. HIV/AIDS
Virus yang berasl dari simpanse ini dapat merusak sistem
imunitas, tetapi virus ini tidak menimbulkan kematian. Tapi jika virus HIV
mengenai penyakit lain seperti menyerang organ vital bias menimbulkan kematian.
Apabila sistem imun pada tubuh telah rusak resiko berbagai virus akan masuk ke
tubuhpun sangat besar dan tubuh akan rentan terhadap penyakit.
f. TBC
Tuberculosis
(TBC, MTB, TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri “mycobacterium tuberculosis”. Yang
menyerang pada organ paru – paru, dan juga dapat menyerang pada organ lain.
Bakteri yang sekeluarga dengan bakteri mycobacterium tuberculosis ini juga
dapat menimbulkan infeksi dan memunculkan gejala yang mirip.
Bakteri
ini ditularkan melalui udara (airborne), yaitu ketika penderita bersin atau
batuk dan bakteri akan keluar dan terhirup oleh orang sehat. Biasanya penderita
TBC akan diisolasi dikarenakan mudahnya penyebatran penyakit TBC.
2. Penyakit Tidak
Menular/Noninfeksi
Penyakit tidak menular (PTM) atau
penyakit noninfeksi adalah suatu penyakit yang tidak disebabkan karena kuman melainkan dikarenakan adanya
masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Biasanya
penyakit ini terjadi karena pola hidup yang kurang sehat seperti merokok,
faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan. Contohnya :
sariawan, batuk, sakit perut, demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis, depresi,
RA, keracunan, dsb. Penyakit tidak
Menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host
dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar
(source and vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan
penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit
degeneratif. Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di
Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat
merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. PTM mempunyai beberapa
karakteristik, diantaranya :
a. Penularan tidak
melalui rantai penularan tertentu
b. Masa inkubasi yang panjang
dan latent
c. Penyakit berlangsung
lama
d. Sulit untuk didiagnosa
e. Biaya pencegahan dan
pengobatannya yang cukup tinggi
f. Mempunyai variasi
yang cukup luas
g. Multifaktor
Dibawah ini adalah beberapa penyakit tidak menular yang
bersifat kronis, yaitu :
1. Penyakit yang dapat
menyebabkan kematian, yaitu :
a. Penyakit jantung
iskemik
b. Kanker
c. CHF
d. DM
e. Cerebrovasculer
disease
f. Chronic obstructive
pulmonary disease
g. cirrhosis
2. Penyakit yang termasuk
dalam special-interest, banyak menyebabkan masalah kesehatan tetapi frekuensinya
kurang, antara lain :
a. Osteoporosis
b. Gagal ginjal kronis
c. Mental retardasi
d. Epilepsi
e. Lupus erithematosus
f. Collitis ulcerative
3. Penyakit yang akan menjadi
perhatian di masa yang akan datang, antara lain :
a. Defesiensi nutrisi
b. Alkoholisme
c. Ketagihan obat
d. Penyakit – penyakit mental
e. Penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
Faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit tidak menular,
antara lain :
1. Faktor resiko untuk
timbulnya penyakit tidak menular yang belum kronis belum ditemukan secara
keseluruhan :
a. Untuk setiap
penyakit, faktor resiko dapat berbeda – beda (merokok, hipertensi,
hiperkolesterolemia)
b. Satu faktor resiko dapat
menyebabkan penyakit yang berbeda – beda, missal : merokok dapat menimbulkan
kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker laring.
c. Untuk kebanyakan
penyakit, faktor – faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan
sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum
diketahui.
2. Faktor resiko yang telah
diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis,
antara lain :
a. Tembakau
b. Alkohol
c. Kolesterol
d. Hipertensi
e. Diet
f. Obesitas
g. Aktivitas
h. Stress
i. Pekerjaan
j. Lingkungan
k. Gaya hidup
3 Cara Penularan
Penyakit
Terdapat tiga aspek sifat utama penularan penyakit dari
orang ke orang, antara lain :
1. Waktu
generasi (Generation Time)
Yaitu masa antara masuknya penyakit
pada penjamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal penjamu tersebut untuk
dapat menularkan penyakit. Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur
penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada
penyakit dengan gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu
masuknya usur penyebab penyakit hingga
timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada penjamu lain.
2.
Kekebalan kelompok (Herd Immunity)
Yaitu kemampuan atau daya tahan suatu
kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit
menular tertentu didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh suatu anggota kelompok
tersebut. Herd Immunity adalah faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit tersebut.
3. Angka
serangan (Attack Rate)
Yaitu sejumlah kasus yang berkembang
dan muncul dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang
mengalami kontak serta memiliki resiko/kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat
keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem
hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan
sehari – hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi
tempat penularan penyakit berlangsung.
4. Tindakan
Pencegahan
Pencegahan penyakit dating dari diri sendiri, individu dapat
meminimalkan pola hidup yang tidak sehat dan memaksimalkan pola hidup sehat.
Dibawah ini beberapa tindakan pencegahan untuk penyakit menular dan penyakit
tidak menular, diantaranya :
a. Menjaga kebersihan
lingkungan
Di
lingkungan kita banyak sekali hal – hal yang bias kita lihat dan evaluasi,
seperti, sampah dan kotoran yang menumpuk, drainase yang kotor serta
ventilasi/lubang untuk pertukaran udara didalam rumah yang buruk bias menjadi
sebab timbulnya berbagai macam penyakit, khususnya penyakit saluran pernapasan.
b. Cuci tangan dengan sabun
Kita
tahu bahwa tangan adalah organ yang digunakan untuk berbagai aktivitas, dan
tangan beresiko sebagai perantara virus untuk masuk ke tubuh. Tangan menjadi
media perantara kuman maupun mikroorganisme yang lain. Saat kita tanpa sengaja
memegang bekas ludah atau kotoran, maka penyakit mudah sekali masuk kedalam
tubuh.
c. Olahraga yang teratur
dan istirahat yang cukup
Membiasakan
diri untuk melakukan kegiatan rutin dengan berolahraga dapat membantu
meningkatkan daya tahan tubuh. Istirahat yang cukup membantu tubuh agar tetap
bugar. Pola makan yang seimbang, perlunya mengatur pola makan, terutama menu
makanan sehat, hindari makanan yang bersesiko terhadap kesehatan seperti,
minuman bersoda dan beralkohol, makanan ringan/snack, makanan olahan/makanan
yang mengandung pengawet, makanan yang ,mengandung Na, makanan tinggi
kolesterol, dsb.
d. Pola hidup yang sehat
Selalu
berpikir positip membantu kita terhindar dari stress. Mulai melakukan pendekatan terhadap agama
dapat menenangkan emosi, menghindari pergaulan bebas dan setia pada satu
pasangan.
e. Pemberian Imunisasi
Pemberian
imunisasi lebih baik diberkan mulai sejak Balita untuk mencegah penularan
penyakit.
f. Nutrisi yang baik
Perkuat
fungsi tubuh dengan pola makanan yang bergizi yang mengandung tinggi protein,
tinggi serat, tinggi mineral, dan sebisa mungkin hindari konsumsi
makanan/minuman yang dapat merugikan tubuh.
g. Melakukan promkes
Misalnya : - kampanye kesadaran kesehatan
- Promkes
- Pendidikan kesehatan
masyarakat
Penyakit menular dan infeksi meningkat,
karena perilaku sehat yang rendah. Penyakit degeneratif meningkat, karena life
style/gaya hidup yang tidak sehat. Menurunkan daya tahan dan kemampuan
tubuh secara normal dalam jangka panjang dan sulit sembuh. Hal ini akan
berdampak pada tingginya biaya kesehatan karena dampak dari penggunaan obat dan
upaya kesehatan yang dilakukan.
Konsekuensi :
Penyediaan
: sarana dan upaya pelayanan kesehatan serta program-program kesehatan lebih
banyak dengan biaya lebih baik sehingga akan menjadi beban ganda bagi bidang
kesehatan.
1.
Transisi Demografi
AKB
turun akan berdampak pada peningkatan umur harapan hidup (usia : balita,
lansia, sekolah).
Konsekuensi :
Penyediaan
sarana umum : sekolah, lapangan kerja, penanganan kesejahteraan dan kesehatan
untuk balita dan usia lanjut.
2.
Industrialisasi
Dampak Positif : Penyerapan tenaga kerja, Peningkatan
pendapatan
Dampak
Negatif : Meningkatnya polusi (udara, air, darat) sehingga meningkatkan
kejadian penyakit (:pneumonia, diare, bronchitis, kulit, dll). Meningkatnya PAK
(Penyakit Akibat Kerja) : tuli, buta, kulit, gangguan fungsi paru-paru. Dengan
adanya dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari industrialisasi ini, maka
pemerintah menetapkan adanya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan UU
Lingkungan Hidup.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negaraPembangunan
kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan pembangunan
kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai
penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Penyakit
menular adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, parasit, ataupun bakteri.
Sedangkan penyakit tidak menular bikan disebabkan dari virus, parasit ataupun
bakteri melainkan disebabkan karena adanya masalah fisiologis. Penyakit
tersebut dapat dihindari dari diri sendiri yaitu dengan menjaga gaya hidup, dan
pola makanan.
3.2 Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini
maka saya mohon kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi
kesempurnaan kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar